BAB I
PENDAHULUAN
Pada saat sosiologi masih dianggap sebagai ilmu yang bernaung di dalam filsafat dan disebut dengan nama filsafat sosial, materi yang dibahas tidak dapat dikatakan sebagai ilmu sosiologi seperti yang dikenal sekarang. Sebab, pada saat itu materi filsafat sosial masih mengandung unsur etika membahas tentang bagaimana seharusnya masyarakat itu, sedangkan sosiologi yang berkembang saat ini merupakan ilmu yang membicarakan bagaimana kenyataan yang ada dalam masyarakat. Beberapa ilmuwan yang mengembangkan filsafat sosial diantaranya adalah Plato (429–347 SM) yang membahas unsur-unsur sosiologi tentang negara dan Aristoteles (384-322 SM) yang membahas unsur-unsur sosiologi dalam hubungannya dengan etika sosial, yakni bagaimana seharusnya tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan sesama manusia ataupun dalam kehidupan sosialnya. Selain kedua ilmuwan itu, Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean Jaques Rousseau juga ikut memberikan bentuk pada ilmu yang kemudian disebut sosiologi, dengan pemikiran mereka tentang kontak sosial. Sampai awal tahun 1800-an, konsep pemikiran sosiologi belum dianggap sebagai ilmu pengetahuan. Baru setelah Auguste Comte (1798-1857) menciptakan istilah sosiologi, pada tahun 1839 terhadap keseluruhan pengetahuan manusia mengenai kehidupan bermasyarakat, maka lahirlah sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan. Inilah yang disebut dengan tahap pemikiran awal sosiologi. Comte berpendapat bahwa tingkah laku sosial dan kejadian-kejadian di masyarakat dapat diamati dan diukur secara ilmiah. Kemudian August Comte dianggap sebagai ‘Bapak Sosiologi’ yang memulai kajian sosial dengan metode ilmiah
August Comte mencetuskan pertama kali nama sociology dalam bukunya yang tersohor, positive philosophy, yang terbit tahun 1838. Istilah sosiologi berasal dari kata latin socius yang berarti “kawan” dan kata Yunani logos berarti “kata” atau “berbicara”. Jadi, sosiologi berarti berbicara mengenai masyarakat..
Istilah sosiologi menjadi lebih populer setengah abad kemudian berkat jasa Herbert Spencer-ilmuwan dari Inggris yang menulis buku berjudul Principles of Sociology (1876).Herbert Spencer mengembangkan sistematika penelitian masyarakat dan menyimpulkan, bahwa perkembangan masyarakat manusia adalah suatu proses evolusi yang bertingkat-tingkat dari bentuk yang rendah ke bentuk yang lebih tinggi, seperti evolusi biologis.
Perkembangan sosiologi yang makin mantap terjadi tahun 1895, yakni pada saat Emile Durkeim- seorang ilmuwan Perancis menerbitkan bukunya yang berjudul Rules of Sociological Method. Dalam bukunya, Durkheim menguraikan tentang pentingnya metodologi ilmiah di dalam sosiologi untuk meneliti fakta sosial. Durkheim saat ini diakui banyak pihak sebagai “Bapak Metodologi”. Durkheim mempertegas eksistensi sosiologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan ilmiah yang memiliki ciri-ciri terukur, dapat diuji, dan objektif.
Pendiri sosiologi lainnya, Max Weber, memiliki pendekatan yang berbeda dengan Durkheim. Menurut Weber, sebagai ilmu yang mencoba memahami masyarakat dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya.
Selama pertengahan tahun 1900-an, perkembangan sosiologi memasuki tahap modern. Ciri utama sosiologi modern adalah terjadinya spesialisasi terus-menerus pada bidang ilmu ini. Para sosiolog berpindah dari mempelajari kondisi-kondisi sosial secara menyeluruh menuju pengkajian kelompok-kelompok khusus atau tipe-tipe komunitas dalam suatu masyarakat, misalnya para pengelola bisnis, perubahan gaya hidup, kondisi sosial, perkembangan budaya, pergerakan pemuda, pergerakan kaum wanita, tingkah laku sosial, dan kelompok-kelompok sosial.
Sosiologi di Indonesia sebenarnya telah berkembang sejak zaman dahulu. Walaupun tidak mempelajari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, para pujangga dan tokoh bangsa indonesia telah banyak memasukkan unsur-unsur sosiologi dalam ajaran-ajaran mereka, contohnya oleh Ki Hadjar Dewantara yang dikenal sebagai peletak dasar pendidikan nasional indonesia banyak mempraktikan konsep-konsep penting sosiologi seperti kepemimpinan dan kekeluargaan dalam proses pendidikan di Taman Siswa yang didirikannya. Sosiologi di indonesia pada awalnya,yakni sebelum Perang Dunia II hanya dianggap sebagai ilmu pembantu bagi ilmu pengetahuan lainnya atau sosiologi belum dianggap cukup penting untuk di pelajari dan digunakan sebagai ilmu pengetahuan.
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, perkembangan sosiologi di indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Soenaryo Kolopaking seorang dosen ilmu hukum, adalah orang yang pertama memberikan kuliah sosiologi dalam bahasa indonesia pada tahun 1948 di Akademi Politik Yogyakarta. Kemudian buku sosiologi bahasa indonesia pertama kali diterbitkan oleh Djody Gondokusumo, dengan judul sosiologi indonesia, yang membuat beberapa pengertian dasar dari sosiologi.
Dari jurusan sosiologi itu, diharapkan sumbangan dan dorongan lebih besar untuk mempercepat dan memperluas perkembangan sosiologi di Indonesia untuk kepentingan masyarakat, karena sosiologi sangat diperlukan apabila seseorang ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat, yang selanjutnya dapat dipakai untuk membuat kebijakan yang tepat bagi perkembangan masyarakat.
Kesimpulan
Dari makalah ini, disimpulkan, August Comte dianggap sebagai ‘Bapak Sosiologi’ yang memulai kajian sosial dengan metode ilmiah
August Comte mencetuskan pertama kali nama sociology dalam bukunya yang tersohor, positive philosophy, yang terbit tahun 1838. Istilah sosiologi berasal dari kata latin socius yang berarti “kawan” dan kata Yunani logos berarti “kata” atau “berbicara”. Jadi, sosiologi berarti berbicara mengenai masyarakat..
Durkheim menguraikan tentang pentingnya metodologi ilmiah di dalam sosiologi untuk meneliti fakta sosial. Durkheim saat ini diakui banyak pihak sebagai “Bapak Metodologi”
Komentar
Posting Komentar